Pedoman Pelayanan IT digunakan untuk mempermudah pengguna aplikasi SIMRS dalam konteks operasional Rumah Sakit. Pedoman yang disusun bersifat berkelanjutan sesuai dengan relevansi operasional, manajemen, kebijakan dan kebutuhan informasi pada saat itu. Maka, penyusunan pedoman yang sistematis perlu memiliki standar yang dapat memenuhi berbagai petunjuk penggunaan secara menyeluruh.


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nonor 82 Tahun 2013 dijelaskan bahwa setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Aplikasi penyelenggaraan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) yang dibuat oleh Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) juga difungsikan untuk mendukung pengambilan keputusan bagi pihak manajemen dalam menentukan strategi untuk mencapai tujuan penyelenggaraan rumah sakit baik sekarang maupun di masa depan.


Manajemen rumah sakit membutuhkan pengelolaan data yang cepat dan akurat demi menciptakan pelayanan yang berkualitas. Mengingat, pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima karena kemungkinan kesalahan yang sangat besar. Dukungan teknologi informasi akan mendukung pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi lebih akurat karena kumungkinan kesalahan dapat diminimalisir. Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS tersebut harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi:

  • kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional
  • kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial; dan budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.
  • SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.


SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) pada saat ini kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Ketidak berhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut lebih disebabkan dalam segi perencanan kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor hambatan dan tantangan dalam implementasi sistem informasi manajemen kurang lengkap dan menyeluruh. Hal ini tentunya menjadi penting untuk mengidentifikasi hal yang menjadi penghambat dari suksesnya penerapan SIMRS terutama dibidang infrastruktur, sumber daya manusia, standar prosedur operasional pengawasan dan sistem eksternal yang menjadi penentu berhasilnya penerapan SIMRS. Pihak manajemen Rumah Sakit tidak dapat mengabaikan lagi keberadaan dan penggunaannya. Apalagi, penggunaan SIMRS telah menjadi bagian yang memberi andil ditetapkannya status akreditasi sebuah rumah sakit.


Hambatan yang belum dapat diatasi dan tantangaan belum tercapainya target bisnis rumah sakit saat ini sehingga menjawab apa yang menjadi penghambat dan tantangan dalam implementasi sitem informasi Manajemen dapat menentukan keberhasilan penerapan Good Corporate Governance (GCG) di dalam suatu instansi atau rumah sakit. Oleh sebab itu adanya pedoman pelayanan pada sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) diharapkan dapat mendukung implementasi sistem secara luas ke semua aspek proses dan aktivitas rumah sakit.


Apa Saja Tujuan Disusunnya Pedoman Pelayanan IT Rumah Sakit?

Dokumen pedoman pelayanan IT tidak hanya sebagai dokumentasi dan bukti penerapan aplikasi yang baik. Namun Pedoman tersebut juga berfungsi pada saat berjalannya operasional sebagai acuan pengambilan keputusan. Berikut ini adalah tujuan disusunya pedoman pelayanan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang diutamakan pada proses implementasi sistem kepada pengguna aplikasi.


  • Sebagai informasi dasar bagi manajemen dan petugas rumah sakit yang berkaitan dengan struktur dan infrastruktur sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang diimplementasikan.
  • Sebagai dokumentasi baik dalam pengembangan aplikasi, implementasi dan maintenance sistem yang dipublikasikan dengan tujuan memberikan pemahaman lebih spesifik mengenai sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS).
  • Sebagai pedoman teknis yang menyediakan informasi spesifik mengenai aplikasi serta prosedur penggunaan fitur yang tersedia di sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS).


Apa Saja Ruang Lingkup Pedoman Pelayanan IT Rumah Sakit Itu?


Rung lingkup pada pedoman pelayanan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) meliputi bagian petugas pelayanan, teknis, administrasi dan manajemen direksi.

  • Pelayanan Pendaftaran Pasien
    Proses pencatatan identitas pasien yang disertai dengan informasi dasar kunjungan seperti tanggal pendaftaran, keluhan, tujuan kunjungan, dan informasi kontak.
  • Pelayanan Apotek/Farmasi
    Pelayanan Kefarmasian yang diselenggarakan di Apotek haruslah mampu menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat dan sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
  • Pelayanan Pembayaran (Kasir)
    Kasir adalah salah satu petugas bagian yang mengurus transaksi dan menyimpan pembayaran seperti uang tunai maupun giro. Pelayanan pembayaran adalah kesatuan proses yang meliputi penginputan data pembiayaan, tagihan, nominal uang yang diterima dan dikeluarkan serta bertanggungjawab atas validitas data transaksi.
  • Manajemen Obat
    Manajemen obat adalah sebuah rangkaian kegiatan dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia seperti tenaga serta dana sarana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam berbagai unit kerja. Pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi sangat ditekankan dalam manajemen pengendalian obat
  • Rekam Medis
    Rekam medis adalah tulisan atau suatu gambaran mengenai berbagai aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada seorang pasien. rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
  • Instalasi Radiologi
    Instalasi Radiologi adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan pemeriksaan rontgen dengan hasil pemeriksaan berupa foto/gambar/imaging yang dapat membantu dokter dalam merawat pasien dan menentukan diagnose pasien.
  • Instalasi Laboratorium.
    Instalasi laboratorium adalah instalasi pada rumah sakit yang bertujuan melakukan diagnosa pada pasien melalui pemeriksaan laboratorium melalui petunjuk/perintah dokter.
  • Manajemen Keuangan
    Manajemen keuangan adalah kegiatan perencanaan, pengelolaan, penyimpanan, serta pengendalian dana dan aset yang dimiliki suatu perusahaan. Pengelolaan keuangan harus direncanakan dengan matang agar tidak timbul masalah di kemudian hari.
  • Admisi BPJS
    Admisi BPJS adalah petugas atau unit yang bertugas untuk melakukan koordinasi antara pelayanan pendaftaran pasien dengan berbagai kebutuhan administrasi BPJS.
  • Promosi Kesehatan (Promkes)
    Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.


Landasan Hukum

  1. Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit . 
  2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP) maka tersedianya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit. 
  3. Berdasarkan SK Menkes Rumah Sakit (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi V, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada sehinnga perlu disesuaikan. Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah peraturan ini diundangkan. 
  4. Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1410/MENKES/SK/X/2003 Revisi V, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Agar setiap orang mengetahui Peraturan ini, Pemerintah mengundangkan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. 
  5. Berdasarkan PERMENKES No. 1171 Tahun 2011, Pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, yaitu “Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). 
  6. Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Kesehatan RL (tahunan) dikirimkan mulai Januari 2012 untuk data tahun 2011 dan RL 5 (bulanan) dikirimkan mulai tahun berjalan.

Sumber Pustaka

  1. Adani, Muhammad Robith, ‘Mikrotik Beserta Jenis Dan Fungsinya Secara Lengkap’, Sekawanmedia, 2021 <https://www.sekawanmedia.co.id/blog/mikrotik-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  2. ———, ‘Pentingnya Firewall Dan Penggunaannya Untuk Jaringan Komputer’, Sekawanmedia, 2021 <https://www.sekawanmedia.co.id/blog/firewall-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  3. Benefita, ‘Pengertian, Jenis, Dan Manfaat Hosting’, Niagahoster, 2022 <https://www.niagahoster.co.id/blog/hosting-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  4. Devnani, M, Ak Gupta, and R Nigah, ‘ABC and VED Analysis of the Pharmacy Store of a Tertiary Care Teaching, Research  and Referral Healthcare Institute of India.’, Journal of Young Pharmacists : JYP, 2.2 (2010), 201–5 <https://doi.org/10.4103/0975-1483.63170>
  5. Indonesia, Republik, Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Republik Indonesia, 2009, II
  6. Intern, Dicoding, ‘Apa Itu Server ? Berikut Pengertian, Jenis Dan Fungsinya’, Dicoding, 2020 <https://www.dicoding.com/blog/apa-itu-server/> [accessed 4 November 2022]
  7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ‘Permenkes 55 Tahub 2013 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis’, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 65.879 (2013), 2004–6 <https://peraturan.go.id/common/dokumen/bn/2013/bn1128-2013.pdf>
  8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, ‘Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit’, Peraturan Menteri Kesehatan, 87, 2013, 1–36
  9. Nugraha, Jevi, ‘Mengenal Fungsi Access Point Dan Cara Kerjanya, Perlu Diketahui’, Merdeka, 2021 <https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-fungsi-access-point-dan-cara-kerjanya-perlu-diketahui-kln.html> [accessed 4 November 2022]
  10. Nugroho, Irwan, Bebas Widada, and Kustanto, ‘Perbandingan Performansi Jaringan Virtual Private Network Metode Point To Point Tunneling Protocol ( Pptp ) Dengan Metode Internet Protocol Security’, Jurnal TIKomSiN, 3.2 (2015), 1–9
  11. Permana, Endang Cahya, ‘Pengujian UAT (User Acceptance Test)’, Wordpress.Com, 2017, p. 1 <https://endangcahyapermana.wordpress.com/2017/03/14/pengujian-uat-user-acceptance-test/>
  12. Potter, Turban Rainer, Information Technology (Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2001)
  13. Pressman, Roger, Software Engineering: A Practitioner’s Approach, Fifth Ed. (New York: McGraw-Hill Book Company, 2001)
  14. Safira, Amera P., ‘Hub Dan Switch: Pengertian, Fungsi, & Perbedaannya’, Goldenfast, 2021 <https://www.goldenfast.net/blog/hub-dan-switch-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  15. Shabrina, Evania, ‘Manajemen Keamanan Informasi Dan Manajemen Akses’, Evaniashab.Wordpress.Com, 2016 <https://evaniashab.wordpress.com/2016/06/26/bab-18-manajemen-keamanan-informasi-dan-manajemen-akses/> [accessed 5 November 2022]
  16. Sittig, Dean F, and Hardeep Singh, ‘A New Sociotechnical Model for Studying Health Information Technology in Complex  Adaptive Healthcare Systems.’, Quality & Safety in Health Care, 19 Suppl 3.Suppl 3 (2010), i68-74 <https://doi.org/10.1136/qshc.2010.042085>
  17. Suma’mur, Hiegine Perusahaan Dan Keselamatan Kerja (Jakarta: CV Sagung Seto, 2018)
  18. Susanto, Azhar, Sistem Informasi Akutansi (Bandung: Lingga Jaya, 2008)
  19. Syamsuar, Dedy, Universitas Bina Darma, Kota Palembang, and Penulis Korespondensi, ‘Investigasi Hambatan Dan Tantangan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Di Rumah Sakit’, 9.5 (2022) <https://doi.org/10.25126/jtiik.202294954>
  20. Widyawinata, Rena, ‘Modem: Apa Itu, Fungsi, Jenis, Hingga Bedanya Dengan Router’, Glints.Com, 2022 <https://glints.com/id/lowongan/modem-adalah/#.Y2UcYuRBwdV> [accessed 4 November 2022]


Bridging Aplikasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) dengan Vclaim v.2 (BPJS Kesehatan) dapat melakukan pengecekan status peserta berdasarkan nomor kartu. Untuk mengembangkan fitur ini sebetulnya sangat mudah, karena arsitektur aplikasi dapat dibuat hampir sama denga proses cek status peserta berdasarkan NIK. Dengan fitur ini kita bisa mempermudah pengguna (petugas rumah sakit)


Artikel berikut ini adalah bagian dari seri belajar membuat aplikasi SIMRS berbasis web. Oleh sebab itu, bagi anda yang belum mengikuti dari awal, alangkah baiknya jika mengikuti seri dari awal terlebih dahulu. Silahkan kunjungi link berikut ini (seri belajar membuat aplikasi SIMRS berbasis web) untuk melihat daftar materi pembelajar lebih lengkap.


Baiklah, tanpa harus menunggu lebih lama kita langsung saja melanjutkan project kita sebelumnya. Silahkan ikuti langkah-langkah berikut ini.


1. Instal Composer dan Library Lz String

Sebelumnya kita sudah membahas kedua hal ini pada artikel Kompresi Dan Dekompresi Data Menggunakan LZ String Pada Pemrograman PHP dan Bridging SIMRS Dengan VClaim v.2 (Cek NIK Peserta) Silahkan ikuti kedua artikel tersebut terlebih dulu.


2. Buat Tampilan Detail Status Peserta Berdasarkan Nomor Kartu

Buat file baru pada directory _Page/Pasien/FormDetailBpjs.php kemudian ketikan kode berikut ini:


2. Pastikan Event Detail Peseerta Mengarah Ke File tErsebut

Pada file yang ada di directory _Page/Pasien/Pasien.js pastikan modal detai pasien berdasarkan kartu mengarah ke _Page/Pasien/FormDetailBpjs.php


3. Melakukan Pengujian Aplikasi

Silahkan lakukan pengujian pada aplikasi, buka menu masien dan pada data pasien klik pada bagian nomor kartu BPJS. Jika benar maka sistem akan menampilkan tampilan sebagi berikut:


Silahkan ikuti seri belajar membuat SIMRS ini lebih lengkap pada tautan berikut


Download Full Source Code via Git Hub

Download Full Source Code Via G-Drive


Silahkan lakukan request, atau hubungi saya melalui kolom komentar

Dengan melakukan bridging BPJS pada Vclaim v.2 maka aplikasi SIMRS yang dikembangkan bisa melakukan beberapa pemanggilan data, salah satunya adalah proses pengecekan status peserta berdasarkan NIK. Fitur ini bisa sangat membantu SIMRS yang dikembangakan sehingga mempercepat proses pelayanan, karena petugas tidak lagi harus melakukan pengecekan status pada aplikasi vclaim secara terpisah.


Lebih jauh, pengembang SIMRS bisa meningkatkan kehandalan fitur pengelolaan data master pasiennya. Misalnya bisa diterapkan pada saat melakukan pendaftaran pasien baru, sehingga proses lebih mudah dan cepat. Dengan fitur ini, pasien cukup membawa kartu KTP untuk memvalidasi identitasnya pada saat akan melakukan pendaftaran pelayanan kesehatan.


Pada artikel ini kita akan membahas bagaimana melakukan bridging dengan vclaim v.2 khususnya proses cek NIK peserta. Adapun contoh project ini akan melanjutkan modul kelola data pasien yang sudah pernah kita bahas. Oleh sebab itu, bagi yang belum tahu bisa kunjungi terlebih dulu seri belajar membuat SIMRS sendiri pada tautan berikut (Membuat Aplikasi SIMRS Berbasis Web).


Berbeda dengan versi sebelumnya, pada bridging kali ini perlu dilakukan proses deskriptif dan dekompresi karena response yang diterima berupan data yang sudah di enkripsi dan terkompresi. Untuk menambah pemahaman proses tersebut, silahkan kunjungi juga artikel yang membahas kompresi dan dekompresi tersebut pada tautan berikut "di sini".


Sebelum melakukan bridging, saya asumsikan para pembaca sudah memiliki data parameter penting sebagai informasi ijin aksesnya berupa consis, user_key, secret_key dan kode ppk. Bagi yang belum memiliki kode-kode tersebut silahkan melakukan pengajuan ke BPJS wilayahnya masing-masing. Baiklah, kita langsung saja ke langkah-langkahnya:


1. Instalasi Composer

Sebelum ke proses kompresi dan dekompresi kita harus menginstal Composer terlebih dulu agar mempermudah pemasangan library lainnya. Silahkan kunjungi website resminya di https://getcomposer.org/download/
Setelah memperoleh instalernya silahkan instal sampai selesai seperti biasa.


2. Instalasi Library Dekompresi dengan Lz String

Untuk implementasi penggunaan algoritma LZ-string pada pemrograman PHP dapat dilakukan dengan sangat mudah. Pada kesempatan kali ini, kita akan menggunakan sebuah library yang dibuat oleh 'nullpunkt'. Lebih jelasnya kita mulai dengan tahap-tahap penggunaannya sudah ada pada artikel berikut ini Kompresi Dan Dekompresi Data Menggunakan LZ String Pada Pemrograman PHP silahkan ikuti langkah-langkahnya. Jika sudah kembali ke tutorial ini.


3. Membuat Fungsi Pengaturan Bridging

Silahkan buka project yang sudah didownload sebelumnya, tersedia pada artikel sebelumnya, atau pada akhir artikel ini. Lakukan perubahan pada file pada _Config/Function.php kemudian tambahkan baris kode berikut.

 1
 2
 3
 4
 5
 6
 7
 8
 9
10
11
12
function getSettingVclaim($Conn,$parameter){
        $QryParam = mysqli_query($Conn,"SELECT * FROM pengaturan WHERE kategori_pengaturan='Bridging Vclaim' AND status='Active'")or die(mysqli_error($Conn));
        $DataParam = mysqli_fetch_array($QryParam);
        if(empty($DataParam['pengaturan'])){
            $Response="";
        }else{
            $pengaturan=$DataParam['pengaturan'];
            $JsonData =json_decode($pengaturan, true);
            $Response=$JsonData[$parameter];
        }
        return $Response;
    }


4. Modifikasi Data Tabel Pasien

Buka file pada directory _Page/Pasien/TabelPasien.php kemudian ubah menjadi seperti berikut:


5. Modifikasi jQuery Data Pasien

Buka file pada directory _Page/Pasien/pasien.js kemudian ubah menjadi seperti berikut:


6. Modifikasi Popup/Modal Pasien

Buka file pada directory _Page/Pasien/Modalpasien.php kemudian ubah menjadi seperti berikut:


7. Menampilkan Detail Informasi NIK pasien

Buat sebuah file pada directory _Page/Pasien/FormDetailNik.php kemudian ubah menjadi seperti berikut:


8. Melakukan Pengujian Aplikasi

Silahkan lakukan pengujian pada aplikasi, buka menu masien dan pada data pasien klik pada bagian nik. Jika benar maka sistem akan menampilkan tampilan sebagi berikut:


Silahkan ikuti seri belajar membuat SIMRS ini lebih lengkap pada tautan berikut


Download Full Source Code via Git Hub

Download Full Source Code Via G-Drive


Silahkan lakukan request, atau hubungi saya melalui kolom komentar

Bridging SIMRS dengan VClaim v.2 bertujuan untuk mempermudah komunikasi data antara kepentingan manajemen Rumah Sakit dengan pelayanan informasi BPJS Kesehatan. Berbeda dengan versi sebelumnya, sebagai usaha untuk meningkatkan keamanan pada saat komunikasi data maka setiap pemanggilan web service harus dicantumkan parameter validasi. Salah satu parameter yang harus disematkan adalah signature.


Pada kesempatan kali ini kita akan mulai membahas bagaimana proses bridging tersebut secara umum. Dimulai dengan pembuatan signature tersebut, yang berguna untuk validasi yang efektif. Untuk mempermudah pemahaman lebih lanjut, kita akan langsung melakukan implementasi pengaturan bridging tersebut pada SIMRS yang sudah kita kembangkan pada artikel sebelumnya.


Bagi anda yang baru mengikuti seri belajar pengembangan aplikasi SIMRS, silahkan kunjungi daftar isi seri belajar membuat aplikasi SIMRS berbasis web.


Membuat Tabel Pengaturan

Tujuan dibuatnya tabel ini nantinya kita akan menggunakan parameter tersebut untuk bisa berpindah-pindah mode bridging. Misalnya kita ingin berpindah dari tester ke production tanpa harus melakukan pengaturan secara manual pada source code kita. Berikut struktur tabel pengaturan tersebut:


Update Komponen Partial

Langkah berikutnya adalah membuat halaman pengaturan. Silahkan lakukan update pada file-file berikut untuk melakukan routing halaman menuju halaman pengaturan.

  • _Partial/Modal.php
  • _Partial/PageTitle.php
  • _Partial/RoutingJs.php
  • _Partial/RoutingPage.php


Membuat Halaman Pengaturan

Langkah berikutnya adalah membuat directory pengaturan. Silahkan buat folder baru dengan nama 'Pengaturan' seperti berikut ini

  • _Page/Pengaturan/FormEditPengaturanVclaim.php
  • _Page/Pengaturan/FormTambahPengaturanVclaim.php
  • _Page/Pengaturan/HasilGenerateSignature.php
  • _Page/Pengaturan/ListPengaturanBridging.php
  • _Page/Pengaturan/ModalPengaturan.php
  • _Page/Pengaturan/Pengaturan.js
  • _Page/Pengaturan/Pengaturan.php
  • _Page/Pengaturan/ProsesEditPengaturanVclaim.php
  • _Page/Pengaturan/ProsesHapusPengaturanVclaim.php
  • _Page/Pengaturan/ProsesTambahPengaturanVclaim.php


Apabila sudah, silahkan uji coba. Lihat hasilnya seperti (demo berikut ini)


Download Source Code Full-nya gratis di Link Berikut ini: Download Source Code SIMRS berbasis Web

Kunjungi juga daftar isi semua artikel seri belajar membuat SIMRS berbasis web

Waktu henti (downtime)

Waktu henti (downtime) merupakan kondisi dimana berhentinya fungsi utama dalam operasional sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). Sementara itu implementasi sistem tidak lepas dari adanya resiko berhentinya sistem tersebut dalam berbagai arsitektur yang digunakan. Oleh sebab itu, entitas pelaksana perlu mempersiapkan prosedur sebagai usaha untuk optimalisasi penanggulangan secara efektif dan efisien.


Sebelum penanganan waktu henti, diperlukan usaha preventif untuk mengurangi kemungkinan hal tersebut terjadi. Usaha preventif merujuk pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya masalah, kerusakan, atau kejadian yang tidak diinginkan di masa depan. Tujuan dari usaha preventif adalah untuk mengidentifikasi potensi risiko atau masalah sebelum mereka muncul dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya.


Pengertian Waktu Henti (downtime)

Waktu henti atau downtime dalam konteks pengelolaan SIMRS adalah periode atau waktu ketika server yang digunakan untuk operasional SIMRS tidak dapat diakses atau offline. Downtime juga disebut sebagai jeda durasi pemadaman, dalam hal ini adalah periode waktu ketika sistem gagal menyediakan atau mencapai fungsi utamanya menyediakan akses ke sistem informasi rumah sakit (SIMRS). Selama downtime, sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) pada server tidak akan tersedia dan menjadi offline sehingga penggunaan operasional fungsi sistem tidak dapat dilakukan. Ini dapat sedikit berbeda tergantung pada konteksnya, karena ini telah digunakan untuk tujuan yang berbeda.


Waktu henti (downtime) menyatakan kondisi di mana sistem yang diterapkan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Waktu henti tersebut merupakan kondisi yang terjadi secara keseluruhan pada infrastruktur sistem. Oleh sebab itu, pemahaman waktu henti tidak bisa diterapkan pada kondisi yang terjadi secara lokal.


Tujuan Disusunnya SOP (Standard Operating Procedure) Waktu henti (downtime)

Tujuan disusunnya SOP waktu henti (downtime) pada sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) adalah untuk mempersiapkan kondisi pelayanan agar tetap berjalan. Dalam kondisi tersebut dibutuhkan persiapan yang matang sehingga pengelola teknis pelayanan tersebut dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang terjadi. Dengan adanya persiapan penanganan yang tepat diharapkan kejadian waktu henti (downtime) tidak akan mengganggu berlangsungnya pelayanan pada rumah sakit. Selain itu penyusunan SOP waktu henti juga berguna membantu IT Rumah Sakit agar tetap bisa menjaga distribusi informasi yang dibutuhkan.


Lebih lanjut mengenai tujuan disusunnya SOP waktu henti (downtime) pada sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) diuraikan sebagai berikut:


  • Mempermudah dalam menghitung estimasi waktu penanggulangan waktu henti.
  • Meningkatkan efektifitas penanggulangan sehingga memiliki tingkat keberhasilan penanggulangan yang tinggi pula.
  • Mempermudah dalam penyusunan anggaran infrastruktur yang akan dibangun.
  • Efisiensi anggaran perawatan karena alokasi dapat dilakukan tepat sasaran.
  • Tersusunnya kerangka kerja yang bisa dilaksanakan oleh entitas manapun untuk menjalankan penanggulangan waktu henti.


Tahap Pelaksanaan Waktu Henti Sistem (Downtime)

Kejadian waktu henti (downtime) dapat terjadi dalam 2 (dua) kategori, yaitu waktu henti sistem yang disengaja dan tidak disengaja. Waktu henti sistem yang disengaja dapat diprediksi dan direncanakan waktu kejadiannya, sedangkan yang tidak disengaja terjadi secara insidental atau terjadi karena beberapa hal terjadi secara spontan. Kejadian waktu henti (downtime) yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perawatan (maintenance) hardware maupun software. Sedangkan waktu henti sistem yang tidak disengaja dapat disebabkan karena gangguan listrik, bencana alam, kegagalan sistem (error), serangan virus dan malware.


Tahap pelaksanaan waktu henti sistem (downtime) meliputi waktu henti yang disengaja dan tidak disengaja. Masing-masing tahapan lebih jelas diuraikan sebagai berikut:


Waktu Henti Sistem Disengaja

  • Tim IT RS membuat perencanaan dan penjadwalan terkait dengan pemeliharaan sistem dan perangkat server yang dapat menimbulkan waktu henti.
  • Mempersiapkan server cadangan untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diduga pada saat proses pemeliharaan.
  • Tim IT RS memberikan informasi kepada setiap unit yang ada mengenai akan dilakukannya pemeliharaan sistem dan menimbulkan waktu henti pada jadwal yang telah ditetapkan serta estimasi waktu henti sesuai jenis pemeliharaan yang dilakukan berupa update sistem dan unit terkait melakukan simulasi terkait update sistem tersebut.
  • Tim IT RS melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
  • Selama pelaksanaan pemeliharaan tim IT memberikan URL sementara kepada pengguna untuk digunakan selama masa downtime.
  • Apabila penggunaan URL sementara tidak memungkinkan maka pengguna aplikasi dapat melakukan pencatatan data manual untuk sementara hingga proses pemeliharaan selesai.
  • Setelah pelaksanaan pemeliharaan tersebut, tim IT melakukan pengujian sistem untuk memastikan sistem dapat berfungsi kembali dengan baik.
  • Setelah proses pemeliharaan selesai maka tim IT memberikan informasi penyelesaian tersebut ke seluruh unit.

Waktu henti Sistem Tidak Disengaja

  • Waktu henti yang tidak disengaja dapat diketahui melalui informasi yang disampaikan oleh pengguna atau melalui monitoring dashboard SIMRS.
  • Unit IT melakukan identifikasi penyebab berhentinya sistem dimulai dari infrastruktur kelistrikan, jaringan internet, ketersediaan layanan provider, jaringan publik, jaringan lokal, perangkat access point, perangkat router hingga unit server.
  • Apabila waktu henti disebabkan karena kerusakan gangguan pada provider internet maka unit IT menghubungi kontak layanan provider yang digunakan.
  • Apabila waktu henti disebabkan karena kerusakan yang berhubungan dengan infrastruktur rumah sakit maka Unit IT melakukan koordinasi dengan unit IPSRS.
  • Apabila waktu henti disebabkan karena kerusakan jaringan lokal, perangkat access point, perangkat router atau unit server maka unit IT melakukan pemeriksaan dan perbaikan pada perangkat tersebut.
  • Apabila perangkat yang diperbaiki mengalami kerusakan berat dan tidak memungkinkan maka unit IT akan membawa perangkat tersebut ke toko komputer atau mengganti unit yang rusak.
  • Selama proses perbaikan, pengguna SIMRS melakukan prosedur pencatatan manual.
  • Setelah proses perbaikan selesai, unit IT melakukan pengujian pada sistem untuk memastikan sistem berfungsi sebagaimana mestinya.
  • Setelah sistem berfungsi kembali, unit IT menginformasikan penyelesaian tersebut ke seluruh Unit.


Penutup

Waktu henti (downtime) menyatakan kondisi di mana sistem yang diterapkan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Waktu henti tersebut merupakan kondisi yang terjadi secara keseluruhan pada infrastruktur sistem. Tujuan disusunnya SOP waktu henti (downtime) pada sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) adalah untuk mempersiapkan kondisi pelayanan agar tetap berjalan. Waktu henti sistem yang disengaja dapat diprediksi dan direncanakan waktu kejadiannya, sedangkan yang tidak disengaja terjadi secara insidental atau terjadi karena beberapa hal terjadi secara spontan. Kejadian waktu henti (downtime) yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perawatan (maintenance) hardware maupun software. Sedangkan waktu henti sistem yang tidak disengaja dapat disebabkan karena gangguan listrik, bencana alam, kegagalan sistem (error), serangan virus dan malware.


Berikut ini link download Contoh/Template SOP-Downtime-SIMRS.doxc

Untuk mempercepat permintaan akses ke G-Drive silahkan kirim komentar