Pengertian dan Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

Sistem Informasi Rumah Sakit
Hampir sebagian besar rumah sakit di Indonesia sudah memanfaatkan teknologi komputer untuk membantu berbagai kegiatan dan proses manajemen yang berlangsung tiap harinya. Namun penggunaan perangkat komputer saja tidak cukup untuk menunjukan bahwa suatu rumah sakit telah menerapkan sistem yang baik. Dalam hal ini pemanfaatan teknologi komputer mengalami perluasan hingga ke ranah subsistem.

Perkembangan teknologi informasi memberikan implikasi positif bagi dunia kesehatan salah satunya adalah dampak pada mekanisme manajemen pengelolaan rumah sakit. Dengan adanya infrastruktur jaringan internet, pengembangan perangkat lunak dan perangkat keras (komputer) serta pengembangan pada sisi prosedural pengelolaan rumah sakit maka lahirlah sistem informasi rumah sakit (SIRS) yang terintegrasi. Salah satu contoh implementasi sistem informasi rumah sakit (SIRS) paling sederhana adalah implementasi pada modul rekam medis elektronik (Electronic Medical Record). Selain itu banyak lagi implementasi yang bisa dilakukan misalnya pendaftaran online, pendaftaran anjungan mandiri, pengelolaan keuangan, inventory, farmasi dan pengelolaan sumber daya manusia (SDM).

Hingga saat ini implementasi sistem informasi rumah sakit (SIRS) masih terus dikembangkan, baik secara mandiri oleh pihak rumah sakit, akademisi, lembaga non profit  ataupun oleh pengembang komersial sekalipun. Hal tersebut tidak lepas dari tingkat kemampuan rumah sakit yang bersangkutan dalam proses implementasi sistem. Masing-masing memiliki karakteristik manajemen yang berbeda sehingga pola pengembangan yang dilakukan pun tidak bisa disama ratakan.

Landasan Hukum Sistem Informasi Rumah Sakit

Pentingnnya sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) didasari juga oleh amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Hakikatnya pemerintah telah mewajibkan setiap rumah sakit untuk melengkapi proses bisnisnya dengan sistem informasi terutama proses pencatatan dan pelaporan. Begitu juga berdasarkan PERMENKES Nomor 1171 Tahun 2011, Pasal 1 ayat 1 Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, yang menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Landasan hukum tersebut menunjukan bahwa pemerintah sudah sangat seriu dalam menyediakan perlindungn hukum dan dorongan bagi semua fasilitas Kesehatan dan rumah sakit untuk mempergunakan potensi teknologi. Namun demikian pemanfaatan teknologi informasi hingga saat ini pun belum merata diseluruh rumah sakit disebabkan karena berbagai kendala seperti keterbatasan finansial, sumber daya manusia, infrastruktur telekomunikasi dan kompleksitas manajemen.

Dengan adanya landasan hukum yang jelas, seharusnya sistem informasi rumah sakit sudah dapat diimplementasikan oleh seluruh rumah sakit di seluruh nusantara. Namun demikian karena keterbatasan tersebut menyebabkan beberapa fasilitas kesehatan masih belum mampu melakukan pengembangan dengan baik. Salah satu solusinya adalah pemerintah harus segera melakukan pemerataan infrastruktur teknologi komunikasi beserta peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) dalam bidang teknologi tersebut. Solusi lainnya adalah melibatkan seluruh stakeholder dalam bidang kesehatan dan teknologi informasi agar dapat mengembangkan sistem yang lebih efisien baik secara mandiri maupun komersial sehingga terjangkau oleh fasilitas kesehatan dengan standar yang terendah sekalipun.

Pengertian SIRS dan SIMRS

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu aktifitas terstruktur yang berkaitan dengan proses pengumpulan data, pengelolaan, analisis, penyajia dan pengambilan keputusan oleh rumah sakit. Lebih lengkapnya sistem informasi rumah sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit (Harsono, 2015). Sedangkan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) adalah sebuah sistem informasi yang dirancang untuk membantu kinerja manajemen rumah sakit dan perencanaan program kesehatan yang dilakukan dari mulai pengumpulan data hingga penyajian data yang mudah untuk dipahami semua departemen yang terlibat.

Berdasarkan dari kedua pengertian tersebut maka dapat dijelaskan perbedaan SIRS dan SIMRS, dimana keduanya dilihat dari penerapan proses bisnis yang lebih luas. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dikaitkan dengan bidang yang lebih luas yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi sistem informasi untuk berbagai proses kebutuhan rumah sakit, sedangkan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) diterapkan pada objek bisnis yang lebih spesifik dari itu, dengan tujuan mencapai target implementasi.

Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

Walaupun hanya sebagai media dan alat bantu dalam melaksanakan berbagai aktivitas manajemen Rumah sakit, sistem informasi rumah sakit (SIRS) juga mampu menjadi bidang divisi baru yang tidak bisa lepas dari keberadaan rumah sakit itu sendiri. Berikut ini merupakan fungsi dan manfaat sistem informasi rumah sakit baik untuk kelangsungan manajemen maupun masyarakat luas yang berinteraksi langsung.

  1. Menjamin efisiensi penggunaan sumber daya oleh rumah sakit dengan menyediakan berbagai platform elektronik sehingga dapat menggantikan media analog pada sistem sebelumnya.  Contoh paling banyak dari implementasi proses bisnis ini adalah peralihan penggunaan media kertas menjadi sekumpulan file terenkripsi yang lebih efisien, aman dan tidak banyak memakan tempat. Selain itu penggunaan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) juga berpotensi menekan jumlah sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar pekerjaan sudah dapat ditangani oleh sistem yang dikembangkan.

  2. Menjamin keamanan dan kerahasiaan data tanpa menghilangkan manfaat kemudahan aksesibilitas. Dengan menggunakan sistem yang baik, data dan informasi rumah sakit dapat dikemas secara ringkas, aman, mudah dibagikan dan mudah diakses oleh pihak yang berwenang. Ini mungkin merupakan fungsi yang cukup sulit dikembangkan karena selain informasi harus tetap bersifat rahasia namun juga harus tetap dapat dibagikan secara mudah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

  3. Meningkatkan akurasi dan mengurangi resiko kesalahan pencatatan data pasien. Melalui sistem yang baik maka dibutuhkan validasi pencatatan berlapis-lapis untuk memperoleh hasil informasi yang akurat. Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) dirancang untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang biasa dilakukan oleh petugas (user) tanpa menghilangkan kecepatan pencatatan itu sendiri.

  4. Sebagai alat yang memberikan informasi dan rekomendasi dalam pengendalian biaya operasional. Sebuah sistem rumah sakit yang baik, memberikan kemajuan dalam hal mitigasi anggaran yang merepresentasikan kesehatan finansial rumah sakit. Dengan adanya sistem informasi rumah sakit maka proses pengendalian anggaran dan biaya akan berlangsung dengan mudah dan mendapatkan rekomendasi yang tepat untuk memutuskan alokasi dana yang tepat sasaran.

  5. Membantu pihak manajemen rumah sakit dalam melakukan analisa dan pengambilan keputusan. Dengan memanfaatkan algoritma komputer, sistem perhitungan analisa baik dalam hal pelayanan, SDM ataupun kesehatan finansial rumah sakit itu sendiri. Hal ini sangat bermanfaat bagi manajemen untuk memutuskan strategi pengelolaan perusahaan yang tepat.

  6. Memberikan kemudahan bagi masyarakat, lembaga dan instansi pemerintah dalam memperoleh informasi realtime mengenai rumah sakit yang bersangkutan. Dengan adanya sistem informasi ini mempermudah pihak lain dalam konsumsi data dan informasi yang selayaknya dipublikasikan.

Fitur-Fitur Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

Fitur yang tersedia pada aplikasi sistem informasi manajemen rumah sakit harus menjamin  berbagai aktivitas utama yang memungkinkan untuk dikembangkan. Selain dalam bentuk fitur aplikasi, diperlukan juga komponen yang terstruktur dan mudah digunakan sehingga sesuai dengan tujuan dasar pengembangan yang dilakukan. Komponen sistem informasi rumah sakit disesuaikan dengan manfaat apa yang ingin diperoleh dari proses pengembangan tersebut. Berikut ini adalah komponen dan fitur utama yang harus dimiliki oleh sebuah sistem informasi manajemen rumah sakit:

  1. Keamanan pada saat akses oleh user dan prosedur pada saat konsumsi data. Fitur wajib yang harus dimiliki sebuah sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) adalah fitur manajemen akses (Access Management). Fitur ini merupakan instrument awal yang digunakan oleh admin sistem untuk memberikan akses kepada pengguna misalnya petugas pendaftaran, apoteker, perawat, atau petugas administrasi ruangan dan keuangan. Pemberian akses biasanya disertai dengan penyerahan username dan password yang valid sesuai dengan hak kewenangan masing-masing bagian. Untuk meningkatkan sistem keamanan maka biasanya admin memberikan batasan waktu akses atau bisa berupa limit data yang bisa diakses oleh setiap bagian.

  2. Peningkatan kualitas pelayanan pendaftaran, administrasi dan farmasi. Untuk meningkatkan kecepatan pelayanan pendaftaran, sistem harus memiliki mekanisme yang tepat dalam proses penginputan data pendaftaran pasien berupa form yang jelas dan tidak membingungkan. Pada fitur ini juga bisa dilengkapi dengan pencarian data yang cepat, validasi pengetikan huruf angka yang realtime. Untuk bagian administrasi dan farmasi pun tidak jauh berbeda. Setidaknya pada bagian ini komponen proses input data dapat berlangsung lebih efektif.

  3. Peningkatan akurasi pencatatan data pasien, komponen administrasi keuangan, SDM, penunjang medis dan rekam medis. Peningkatan akurasi data bisa dilakukan dengan melakukan pembatasan dan persyaratan yang ketat dalam proses pengisian form. Pembatasan tersebut bisa berupa pembatasan dalam hal karakter informasi, cara pengisian form, waktu pengisian form dan prosedur yang tepat apabila terjadi kesalahan pencatatan. Untuk mengantisipasi penyalah gunaan informasi pada fitur ini bisa dilengkapi dengan sistem pencatatan aktifitas pengguna atau log files.

  4. Kemudahan akses integrasi dengan entitas masyarakat ataupun dengan lembaga lainnya. Sistem rumah sakit diharuskan dapat menyajikan informasi valid bagia pihak luar yang berwenang secara berkelanjutan. Selain menyediakan informasi, sistem informasi rumah sakit harus mampu mengkonsumsi informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dari luar sehingga setidaknya komunikasi berjalan dengan baik.

  5. Peningkatan ketepatan dan kecepatan pada saat melakukan analisa dan pengambilan keputusan. Sistem informasi rumah sakit harus dilengkapi dengan penyajian data informasi hasil analisis dengan menggunakan berbagai algoritma yang sesuai sehingga proses berlangsung singkat dan akurat. Misalnya analisis untuk penilaian kinerja karyawan dan tenaga kesehatan, analsisi anggaran biaya operasional, analisis kualitas pelayanan, analisis kesehtan keuangan dan yang lainnya. Fitur ini bisa membantu manajemen rumah sakit dalam mengambil keputusan strategis yang sesuai dengan data-data dan fakta yang valid.

  6. Kemampuan menyediakan media eksistensi dan bentuk-bentuk promosi kesehatan yang mudah diakses oleh siapapun. Sistem informasi rumah sakit harus mampu memfasilitasi bagian promosi kesehatan untuk memperkenalkan layanannya kepada publik. Proses ini dapat ditangani melalui subsistem customer relationship management (CRM) baik dalam hal operasional maupun analitikal.

Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

Aplikasi sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) pada saat ini sudah banyak sekali tersedia baik yang dikembangkan mandiri oleh pihak rumah sakit, perorangan ataupun oleh perusahaan pengembang perangkat lunak profesional. Setiap pengembangan pastinya melibatkan proses yang sangat kompleks dan terstruktur sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Banyak juga teknis yang bisa digunakan dalam proses pengembangan perangkat lunak tersebut sesuai dengan kondisi pengembang itu sendiri. Namun disini saya ingin berbagi tahapan-tahapan yang pernah saya lalui tersebut.

  1. Tahap observasi. Yaitu, tahapan dimana pengembang melakukan pengumpulan informasi mengenai alur kerja dan prosedur yang sedang berjalan sekarang. Pada tahapan ini pengembang bisa melakukan peninjauan langsung pada proses yang ada kemudian mencatatanya, melakukan wawancara dengan petugas, manajemen rumah sakit hingga pasien sekalipun. Tahapan observasi bertujuan untuk mengetahui prosedur awal yang dilakukan sehingga diketahui kelemahan, solusi dan masukan dari pihak pengguna. Tahapan ini sangat berguna sekali untuk meninjau kebutuhan sehingga aplikasi yang dibangun sesuai dengan tujuan dan tepat sasaran.

  2. Proses penyusunan desain sistem. Tahapan ini mungkin bisa dilakukan bersamaan dengan tahapan observasi agar disesuaikan dengan gambaran informasi awal yang diperoleh. Dalam melakukan desain sistem informasi rumah sakit membutuhkan pengujian pada masing-masing subsistem sekaligus mengumpulkan data dasar yang dibutuhkan. Pengembang sistem bisa menggunakan berbagai metode notasi seperti flowmap, DFD, ERD atau hanya sebatas desain tabel. Metode notasi rancangan ini berguna sekali untuk mendokumentasikan sistem pertama kali sehingga mempermudah proses pengembangan di masa depan. Usahakan setiap komponen subsistem yang dibangun dinotasikan secara spesifik dan mempertimbangkan setiap resiko kesalahannya.

  3. Mulai membuat aplikasi dengan menuliskan baris kode (Source Code) yang sesuai dengan kemampuan. Setelah rancangan desain sistem selesai dibuat, langkah berikutnya adalah menerapkan rancangan tersebut dalam proses pembuatan aplikasi. Sesuaikan bahasa pemrograman yang digunakan dengan kemampuan pengembang sehingga proses ini tidak mengalami kendala. Misalnya apabila kita akan membuat aplikasi sistem informasi manajemen rumah sakit berbasis web maka setidaknya kita bisa mempergunakan bahasa pemrogaman HTML, PHP, CSS dan javascript. Setelah itu terapkan batasan waktu proses pembuatan dan targetkan setiap tahapan proses sehingga kita memiliki target kerja yang jelas.

  4. Lakukan implementasi sistem secara bertahap sesuai dengan subsistem yang sudah dibangun. Pada tahapan ini pengembang tidak langsung menerapkan keseluruhan subsistem karena akan menyulitkan proses evaluasi selanjutnya. Melakukannya secara bertahap berfungsi agar setiap subsistem dapat diketahui kesalahannya sehingga pengembang akan lebih mudah memahami permasalahan yang dihadapi dan memperbaikinya. Setiap tahapan harus selalu disertai dengan peninjauan ulang atau evaluasi dan perbaikan. Pengembang aplikasi berkewajiban melakukan penyesuaian sistem informasi rumah sakit yang telah dibuatnya dengan perkembangan kebijakan dan prosedur yang diberlakukan.

  5. Melakukan perawatan sistem, pembaharuan dan pelatihan. Komponen terakhir dari tahapan pengembangan ini adalah pihak pengembang aplikasi harus selalu memperhatikan kesehatan sistemnya pada saat diimplementasikan. Selain itu pengembang melakukan pembaharuan untuk memenuhi kebutuhan sistem setiap ada perubahan yang diberlakukan oleh pihak manajemen rumah sakit.

Setiap proses pengembangan mungkin berbeda-beda antara kesatuan manajemen rumah sakit yang satu dengan yang lainnya. Tentunya hal ini disesuaikan dengan karakteristik masing-masing manajemen dan sistem apa yang dipakai. 

Sumber Pustaka :
  • Harsono Alexander, 2015, Analisis Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (SIM-RSUD) Terintegrasi Di Provinsi Kalimantan Barat, Eksplora Informatika, Pontianak. 

  • Handoyo Eko, dkk, 2006, Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit Untuk Subsistem Farmasi, Universitas Diponegoro, Semarang.

  • Pressman, Roger, S., and Maxim, Bruce, R., 2015, Software Engineering: A Practitioner’s
    Approach
    , 8th edition, McGraw-Hill

  • World Health Organization (WHO), 2004, Developing Health Management Information
    Systems: A Practical Guide for Developing Countries

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan kirim komentar