Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Suharsaputra (2010: 5) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Learning Cell membentuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, di mana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama. (Istarani, 2012:228).
Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Kegiatan pembelajaran kooperatif intinya adanya suatu kerjasama yang menciptakan interaksi antar anggota kelompok yang mampu mengasah kemampuan berpikir siswa dengan menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, yang nantinya dapat dijadikan dasar bertindak dan bersikap dalam kehidupan bermasyarakat.
Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat menimbulkan terjadinya interaksi diantara siswa itu sendiri. Manfaatnya siswa akan lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa mendiskusikan perbandingan dengan siswa lainnya. Dalam interaksi tersebut terjadi ketergantungan satu sama lain, saling membantu, dan saling memberi semangat untuk menjadi yang lebih baik.
Model the learning cell dikembangkan oleh Goldschmid (1971) dari swiss federal intitute of teknology di lausanne. The learning cell menunjuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan , dimana peserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasar pada materi bacaan yang sama. Model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell merupakan cara praktis untuk mengadakan pengajaran sesama siswa di kelas. Model pembelajaran ini juga memungkinkan guru untuk memberi tambahan bila dirasa perlu oleh siswa. Menurut Suprijono dalam Evia, dkk (2011: 53) model pembelajaran the learning cell merupakan strategi alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara individu maupun kelompok. Salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah dalam hal menemukan gagasan utama.
Model pembelajaran the learning cell merupakan bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivistik. Sementara pembelajaran kooperatif merupakan model alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model ini berupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berargumentasi, dan meningkatkan prestasi akademik. Di samping itu, the learning cell dapat membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit dan pada saat bersamaan sangat berguna untuk menumbuhkan kemauan membantu teman dan membagi ilmu pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran, jika guru menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, maka seorang guru akan menjadi sumber informasi yang penting. Karena terdesak waktu untuk mengajar dan pencapaian kurikulum, maka guru akan mencari jalan pintas yang mudah yakni dengan menginformasikan fakta dengan menggunakan model ceramah semata. Akibatnya siswa akan memiliki banyak pengetahuan, akan tetapi tidak terlatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Agar seorang guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang berbagai model pengajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat menyesuaikan model yang dipakai dalam proses pembelajaran dengan bahan pengajaran atau pokok bahasan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan semakin termotivasi bila dilibatkan dalam kerja kelompok dan berpasangan. Tugas yang berat dikerjakan seorang diri akan menjadi mudah bila dikerjakan bersama. Keuntungan lainnya dari belajar bersama yaitu siswa yang belum mengerti penjelasan guru akan menjadi mengerti melalui penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok berpasangan.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif the learning cell
Langkah-langkah model pembelajaran the learning cell yang pertama adalah persiapan; siswa diberi tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pertanyaan yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan atau materi terkait lainnya. Kemudian pada awal pertemuan, siswa ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari kawan yang disenangi. Siswa A memulai dengan membacakan pertanyaan pertama dan dijawab oleh siswa B. Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, giliran siswa B mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa A. Jika siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa B, ganti B yang bertanya, dan begitu seterusnya. Selama berlangsung tanya jawab, guru bergerak dari pasangan ke pasangan yang lain sambil memberi masukan atau penjelasan dengan bertanya atau menjawab pertanyaan ( Istarani, 2012: 228).
Zaini, dkk dalam Evia (2011) juga mengutarakan 5 langkah model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell yang sama seperti di atas. Namun, menurut Zaini, dkk model pembelajaran the learning cell ini dapat dimodifikasi dalam bentuk lain. Salah satu bentuk variasi lain dari model ini adalah setiap siswa membaca atau mempersiapkan materi yang berbeda. Dalam contoh seperti ini, siswa A “mengajar” siswa B pokok-pokok dari yang siswa A baca kemudian meminta siswa B untuk bertanya kemudian siswa A dan B berganti peran dan begitu seterusnya.
Tujuan penggunaan model kooperatif tipe the learning cell
Tujuan dari penggunaan model kooperatif tipe the learning cell itu sendiri adalah untuk menciptakan suasana belajar yang mendorong siswanya aktif dalam proses belajar. Keaktifan ini dapat dicapai melalui ketergantungan model yang digunakan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang yang terjadi pada saat ini sudah semakin pesat. Dengan perkembangan tersebut maka akan menuntut perubahan cara mengajar atau model yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Guru tidak mungkin lagi hanya mengajarkan fakta dan konsep kepada siswa. Jika hal ini tetap dipaksakan maka tujuan pendidikan tidak dapat tercapai secara sempurna, karena sasaran dan tujuan pendidikan tidak hanya pada segi kognitif saja, akantetapi juga pada segi afektif juga psikomotor siswa.
Sumber Pustaka :
- Haryanto. (2012). Sains Jilid 4 untuk kelas IV. Jakarta: Erlangga,
- Cross, D., Taasoobshirazi,G.Hendricks,S.,& Hickey, D., (2008) Argumenation: A Strategy for Improving Achievement and Revealing Scientific Identities, International Journal of Science Education, 30 (6):837-861
- Duschl, R., & Osborne, J. (2002). “Supporting and Promoting Argumenation Discourse”. Studies in Science Education, 38, 39–72.
- Erduran, S., & Maria, Pj., (2008) Argumentation in Science Education. London: Spinger Science.
- Erduran, S., Simon, S. & Osborne, J. (2004). TAPing into argumenation: Developments in the application of Toulmin's Argumen Pattern for studying science discourse. Science Education 88(6), 915-933.
- Evia, dkk. (2011). Studi Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell dan Tipe Artikulasi Di Kelas VII SMPN 7 MA. Jambi. Jurnal Edumatica : Vol. 01 No. 02, Oktober 2011
- Heruman, (2007) Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Istarani . (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
- Jiménez-Aleixandre, M. & Erduran, S. (2008). Argumenation in Science Education: An overview. In S. Erduran and M. Jiménez-Aleixandre (Eds). Argumenation in Science Education: Perspectives from Classroom-Based Research, 3-27. Springer.
- Jimenez-Aleixandre, M. P., Rodriguez, A. B. & Duschl, A.R. (2000). “Doing the Lesson” or “Doing Science”: Argumen in High School Genetics. Science Education 84(6), 757-792.
- Jonathan, Osborne. (2012). Peranan Argumen dalam Pendidikan Sains. Universitof London, Inggris
- Mukhafifah, Rita. 2011. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode Team Quiz Dan Learning Cell Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
- Pratama, Mutiara “pencemaran lingkungan ”, 2013. Dari putrihttp://muti-mpp.blogspot.com/2013/05/pelajaran-biologi-sma-kelas-x-tentang.htm
- Riduwan.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.2009
- Robbins, P. Steven dan Timothy A. Judge. 2008. Organizational Behavior. New Jersey.
- Sagala,Syaiful,(2005), Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
- Sampson, V. & Clark, D, (2008). Assessment of the Ways Students Generate Argumens in Science Education: Current Perspectives and Recommendations for Future Directions. Science Education 92(3), 447-472.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan kirim komentar