Pengelolaan keamanan server pada implementasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) adalah proses untuk mencegah dan mengidentifikasi penggunaan yang tidak sah dari jaringan komputer menuju server. Langkah-langkah pencegahan membantu menghentikan pengguna yang tidak sah untuk mengakses setiap bagian dari sistem jaringan komputer menuju server. Tujuan dari keamanan server adalah untuk mengantisipasi resiko kerusakan dan pencuraian data server berupa bentuk ancaman fisik maupun logik baik langsung ataupun tidak langsung mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung.


Gambaran Umum Pengelolaan Keamanan Server

Keamaan server meliputi keamanan harware dan software. Keamanan hardware berkaitan dengan perangkat keras yang digunakan dalam jaringan komputer. Keamanan hardware sering dilupakan padahal merupakan hal utama untuk menjaga jaringan dari agar tetap stabil. Dalam keamanan hardware, server dan tempat penyimpanan data harus menjadi perhatian utama. Akses secara fisik terhadap server dan data-data penting harus dibatasi semaksimal mungkin. Salah satu cara mengamankan hardware adalah menempatkan di ruangan yang memiliki keamanan yang baik. Lubang saluran udara perlu diberi perhatian karena dapat saja orang masuk ke ruangan server melaui saluran tersebut. Kabel-kabel jaringan harus dilindungi agar tidak mudah bagi hacker memotong kabel lalu menyambungkan ke komputernya. Akses terhadap komputer juga dapat dibatasi dengan mengeset keamanan di level BIOS yang dapat mencegah akses terhadap komputer, memformat harddisk, dan mengubah isi Main Boot Record (tempat informasi partisi) harddisk. Penggunaan hardware autentifikasi seperti smart card dan finger print detector juga layak dipertimbangkan untuk meningkatkan keamanan.


Keamanan software yang kita maksud disini bisa berupa sistem operasi, sistem aplikasi, data dan informasi yang tersimpan dalam komputer jaringan terutama pada server. Membatasi software yang dipasang akan mengurangi konflik antar software dan membatasi akses, contohnya jika router dipasangi juga dengan FTP server, maka orang dari luar dengan login anonymous mungkin akan dapat mengakses router tersebut. Software yang akan diinstal sebaiknya juga memiliki pengaturan keamanan yang baik. Kemampuan enkripsi (mengacak data) adalah spesifikasi yang harus dimilki oleh software yang akan digunakan, khusunya enkripsi 128 bit karena enkripsi dengan sistem 56 bit sudah dapat dipecahkan dengan mudah saat ini.


Tahap Pelaksanaan Pengelolaan Keamanan Server

Pengelolaan server meliputi keamanan hardware dan software dimana masing-masing komponen harus memiliki standar keamanan yang ditetapkan sebagai beikur:

  • Server menerapkan sistem registrasi user melalui username dan password. Password harus terenkripsi menggunakan metode enkripsi standar. Data yang terdapat pada server akan di-back-up dalam jangka waktu tertentu oleh petugas yang ditunjuk jobdesc yang diberikan.
  • Server ditempatkan pada lokasi khusus yang memiliki akses terbatas dan tidak semua orang bisa masuk tanpa ijin dari Kepala Bagian Sistem informasi manajemen.
  • Ruang Server memiliki suhu yang terjaga diantara : 17 o - 22o Celcius
  • Hardware yang merupakan sambungan jaringan komunikasi vital antara lain: Hub Broadband, Gateway, Radio/Wireless Link, Modem ADSL, Hub Router, harus berada dalam suatu ruangan khusus.
  • Ruangan tempat peralatan vital perangkat Sistem informasi manajemen, dilengkapi dengan pengaman jaringan listrik bila terjadi hubungan arus pendek, sensor kebakaran, pendingin ruangan (Air Condsistem informasi manajemenioner),alat pemadam kebakaran (APAR).
  • Ruangan tempat peralatan vital perangkat Sistem informasi manajemen tidak diperkenankan dimasuki oleh orang lain, selain petugas Sistem informasi manajemen atau kecuali mendapatkan ijin dari Sistem informasi manajemen.


Penutup

Tujuan dari keamanan server adalah untuk mengantisipasi resiko kerusakan dan pencuraian data server berupa bentuk ancaman fisik maupun logik baik langsung ataupun tidak langsung mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung. Keamanan hardware berkaitan dengan perangkat keras yang digunakan dalam jaringan komputer. Keamanan software yang kita maksud disini bisa berupa sistem operasi, sistem aplikasi, data dan informasi yang tersimpan dalam komputer jaringan terutama pada server.

Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit

SOP Perubahan SIMRS adalah standar yang digunakan oleh Rumah Sakit untuk melakukan perubahan atau pembaharuan sistem pada aplikasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) yang digunakan. Dalam hal ini fasilitas pelayanan kesehatan diasumsikan sudah melakukan implementasi SIMRS dan menjalankan sebagian besar aktivitas operasionalnya tersebut. Oleh sebab itu, ketika terjadi perubahan sistem yang disebabkan karena adanya temuan kesalahan, perubahan kebijakan, atau juga karena perubahan alur operasional maka dibutuhkan sebuah standar yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perubahan.


Dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam proses pengajuan perubahan sistem pada aplikasi SIMRS berguna untuk menetapkan langkah-langkah terbaik yang bisa dilakukan. Adanya SOP pengajuan perubahan dapat menjaga standar pelayanan yang berkualitas sehingga dalam proses ini tidak akan mengganggu keberlangsungan pelayanan kesehatan. Pedoman dan standar yang disusun diharapkan meningkatkan efisiensi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit setiap kali terjadinya perubahan.


Gambaran Umum Pengajuan Perubahan Sistem

Perubahan sistem pada SIMRS dapat dilakukan dalam skala minor dan mayor. Perubahan yang sifatnya minor hanya melibatkan sebagian kecil arsitektur sistem sehingga operasional SIMRS masih bisa berjalan. Sedangkan, perubahan yang bersifat mayor melibatkan lebih banyak arsitektur sehingga operasional dapat dihentikan sementara.


Perubahan pada sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) memungkinkan dapat dilakukan melalui pengajuan dari user yang disebabkan kebutuhan fungsional aplikasi terhadap proses kerja yang berlangsung pada masing-masing unit serta perubahan kebijakan. Perubahan sistem yang diajukan oleh pengguna dapat meningkatkan efektivitas fungsi aplikasi selama pengajuan perubahan relevan dengan tugas dan fungsinya.


Syarat-syarat Pengajuan Perubahan Sistem

Sebagai antisipasi perubahan sistem yang dilakukan tidak menyalahi tujuan dasar operasional SIMRS dan juga agar sistem yang diimplementasikan tetap memiliki integritas maka diperlukan syarat khusus dalam pengajuan perubahan sistem tersebut. Lebih jelas syarat-syarat pengajuan perubahan sistem pada aplikasi SIMRS dapat diuraikan sebagai berikut:


  • Pengajuan perubahan sistem harus sesuai dengan gambaran kerja dan fungsionalitas sistem yang akan digunakan.
  • Unit yang mengajukan merupakan unit yang pengguna aktif aplikasi sistem informasi rumah sakit (SIMRS) dan memiliki hak akses resmi pada aplikasi.
  • Siklus perubahan tidak boleh kurang dari 6 (enam) bulan sejak perubahan terakhir diimplementasikan, kecuali untuk pengajuan perubahan sistem karena faktor kesalahan.
  • Konsep perubahan sistem yang diajukan menerapkan teknologi yang sudah ada atau masih berlaku dan efektif digunakan.
  • Perubahan sistem tidak menyalahi aturan dasar sistem, keamanan data dan kebijakan hukum yang berlaku pada saat pengajuan.


Tahap Pelaksanaan Pengajuan Perubahan Sistem

Dengan melakukan pengajuan secara resmi, unit terkait dapat menjembatani konsep yang direncanakan dengan dukungan resmi dari berbagai pihak terkait. Ini menciptakan kerangka kerja yang jelas dan dapat diukur untuk mendapatkan persetujuan, sumber daya, atau dukungan yang diperlukan. Melalui pendekatan ini, unit terkait menunjukkan profesionalisme dalam merencanakan dan mengelola perubahan atau proyek dengan memastikan bahwa setiap langkah diambil dengan landasan yang kuat dan sesuai dengan tujuan keseluruhan organisasi.


Tahap pelaksanaan pengajuan sistem dari mulai proses pengajuan awal, pengembangan dan pengujian hingga implementasi diuraikan sebagai berikut:


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengajuan Perubahan Sistem Pada SIMRS

1. Unit terkait melakukan pengajuan secara resmi dengan konsep yang sudah dirancang secara mandiri maupun yang sudah ada dari sumber referensi lain.

Unit terkait melaksanakan proses pengajuan secara resmi kepada pengembang aplikasi SIMRS atau unit IT SIMRS dengan mendasarkan pada konsep yang telah dirancang secara mandiri atau yang diperoleh dari sumber referensi lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses ini mencakup penyusunan dokumen pengajuan yang komprehensif, yang mencerminkan pemahaman mendalam terhadap konsep yang diajukan. Baik itu merancang konsep baru secara independen atau mengadopsi konsep dari referensi, langkah-langkahnya termasuk pemilihan metode yang tepat, identifikasi kebutuhan sumber daya, dan penyusunan argumen yang mendukung keberhasilan implementasi konsep tersebut.


2. Pada saat perancangan konsep perubahan, unit terkait dapat melibatkan unit IT SIRS atau programer aplikasi SIMRS secara langsung sebagai referensi dasar sistem yang sudah berjalan.


Pada tahap perancangan konsep perubahan, unit terkait memiliki opsi untuk melibatkan unit IT SIRS atau programer aplikasi SIMRS secara langsung sebagai referensi dasar sistem yang sudah berjalan. Dengan terlibatnya unit IT atau programer aplikasi, tim perancang konsep dapat memperoleh wawasan yang mendalam terkait fungsionalitas dan arsitektur SIMRS yang telah ada. Keterlibatan ini memungkinkan tim untuk memahami secara detail bagaimana sistem SIMRS beroperasi, identifikasi kekuatan dan kelemahan yang perlu diperhitungkan dalam perancangan konsep perubahan. Selain itu, dapat terbentuk kolaborasi yang erat antara unit terkait dan unit IT, memastikan bahwa setiap perubahan yang direncanakan dapat diintegrasikan dengan baik dalam ekosistem SIMRS yang sudah ada.


3. Konsep perubahan diterima oleh Unit IT kemudian mempelajari konsep yang disusun tersebut guna dilakukan proses perancangan ulang pada sistem yang sudah ada.

Dengan menggunakan sistem yang telah berjalan sebagai referensi, tim perancang konsep dapat mengoptimalkan kesesuaian dan interoperabilitas antara perubahan yang diinginkan dan fungsionalitas SIMRS yang sudah mapan. Ini juga meminimalkan risiko inkompatibilitas atau gangguan pada sistem yang sedang berjalan. Dengan demikian, melibatkan unit IT atau programer aplikasi di tahap perancangan konsep merupakan langkah strategis untuk memastikan keberhasilan implementasi perubahan.


4. Unit IT yang mengembangkan SIMRS mulai melakukan pengembangan pada sistem dengan penulisan kode, rekonstruksi database dan migrasi.

Unit IT yang bertanggung jawab dalam pengembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) memulai fase implementasi dengan melakukan serangkaian tindakan teknis yang mencakup penulisan kode, rekonstruksi database, dan migrasi data. Dalam tahap ini, para ahli IT berfokus pada penyusunan kode program yang membentuk inti dari SIMRS, memastikan bahwa setiap fungsi sistem dikodekan dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang telah ditetapkan.


Selanjutnya, rekonstruksi database dilakukan untuk memastikan struktur basis data yang solid dan optimal sesuai dengan desain SIMRS. Proses ini melibatkan penyempurnaan model database, penyesuaian skema, dan penerapan indeks untuk meningkatkan efisiensi pencarian dan pemrosesan data.


5. Perubahan yang dilakukan harus melalui tahapan pengujian sistem hingga sesuai dengan konsep yang disepakati sebelum diimplementasikan.

Pengembangan SIMRS juga mencakup migrasi data, di mana data dari sistem yang sudah ada atau sistem yang lama dipindahkan ke dalam SIMRS yang baru. Hal ini memerlukan ketelitian tinggi agar data dapat dipindahkan tanpa kehilangan atau penyimpangan, memastikan kelangsungan informasi pasien dan rekam medis.


6. Proses implementasi dapat melibatkan unit lain yang terkena implikasi atas perubahan sistem tersebut.


Proses implementasi dapat melibatkan kerjasama erat dengan unit lain yang terkena implikasi atas perubahan sistem tersebut. Kolaborasi ini diperlukan untuk memastikan bahwa perubahan yang diterapkan di dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) tidak hanya memenuhi kebutuhan teknis, tetapi juga terintegrasi harmonis dengan kegiatan dan proses yang dilakukan oleh unit terkait.


Dalam proses implementasi, komunikasi yang efektif antara unit terkait menjadi krusial. Unit yang terkena implikasi dapat melibatkan stafnya dalam pelatihan atau orientasi terkait perubahan tersebut. Selain itu, pemahaman yang jelas tentang bagaimana perubahan akan memengaruhi rutinitas kerja dan tugas-tugas sehari-hari dapat membantu mengurangi resistensi atau ketidaknyamanan yang mungkin muncul.


Proses implementasi juga mencakup evaluasi dampak perubahan pada proses bisnis dan pemastian bahwa setiap unit terkait memiliki sumber daya yang cukup untuk mengelola perubahan tersebut. Dengan demikian, kolaborasi antarunit dalam proses implementasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang manajemen perubahan dan pemahaman terhadap implikasi operasional yang lebih luas. Ini membantu menciptakan lingkungan di mana seluruh organisasi dapat mendukung dan berhasil mengadopsi perubahan sistem dengan efektif.


Penutup

SOP Perubahan SIMRS adalah standar yang digunakan oleh Rumah Sakit untuk melakukan perubahan atau pembaharuan sistem pada aplikasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) yang digunakan. Perubahan sistem pada SIMRS dapat dilakukan dalam skala minor dan mayor. Perubahan yang sifatnya minor hanya melibatkan sebagian kecil arsitektur sistem sehingga operasional SIMRS masih bisa berjalan. Sedangkan, perubahan yang bersifat mayor melibatkan lebih banyak arsitektur sehingga operasional dapat dihentikan sementara. Sebagai antisipasi perubahan sistem yang dilakukan tidak menyalahi tujuan dasar operasional SIMRS dan juga agar sistem yang diimplementasikan tetap memiliki integritas maka diperlukan syarat khusus dalam pengajuan perubahan sistem tersebut. Tahap pelaksanaan pengajuan sistem dimulai dari proses pengajuan awal, pengembangan dan pengujian hingga implementasi.


Dukungan Teknis atau Technical Support pada implementasi SIMRS adalah sebuah layanan yang disediakan oleh suatu perusahaan pengembang atau unit teknis IT pada rumah sakit untuk membantu mengatasi masalah client atau pengguna SIMRS dalam penerapan, pemakaian, dan konfigurasi perangkat keras atau perangkat lunak.


Tugas umum dukungan teknis IT dalam kaitannya dengan implementasi SIMRS ini perlu dipersempit sehingga tidak terbebani oleh tugas-tugas lain di luar tugas pokoknya. Sehingga, capaian target pelayanan dukungan dapat tercapai dengan baik sesuai harapan. Adapun gambaran umum tugas dukungan IT dalam implementasi SIMRS ini adalah sebagai berikut:


Gambaran Umum Dukungan Teknis IT Dalam Implementasi SIMRS

Kemampuan teknis hard skills yang perlu dimiliki IT support pada sebuah unit SIRS umumnya mencakup pengetahuan mendalam tentang cara mengoperasikan komputer dan perangkat lunak, serta cara menangani masalah yang muncul. Berikut beberapa kemampuan teknis IT support yang harus dimiliki pada unit IT rumah sakit.


Bidang jaringan dan operasional

Mengetahui cara pemasangan dan pengoperasian program komputer, serta fungsi program komputer yang terhubung pada jaringan. Dalam bidang jaringan dan operasional, pengetahuan tentang cara pemasangan dan pengoperasian program komputer terutama yang mendukung implementasi SIMRS sangat penting. Selain itu, pemahaman terhadap fungsi sistem SIMRS yang saling terhubung dalam suatu jaringan juga menjadi aspek krusial. Dengan kemampuan ini, seseorang mampu menjalankan tugas-tugas instalasi perangkat lunak dengan efisien, memastikan keberlanjutan operasional, serta memahami integrasi program-program tersebut dalam lingkungan jaringan yang kompleks.


Keahlian ini tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap sistem secara keseluruhan, memungkinkan individu untuk berkontribusi secara efektif dalam pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi yang modern.


Bidang technical support


Memelihara, mengelola, dan memperbaiki kesalahan pada IT. Dalam ranah technical support, tanggung jawab melibatkan lebih dari sekadar pemeliharaan dan manajemen, mencakup pula keterampilan mendeteksi dan memperbaiki kesalahan pada infrastruktur teknologi informasi (IT). Seorang profesional di bidang ini bertugas untuk memastikan keberlanjutan operasional sistem, merawat perangkat keras dan perangkat lunak, serta merespons dengan cepat terhadap setiap kendala atau gangguan yang mungkin timbul. Kemampuan untuk mendiagnosis, merancang solusi, dan melaksanakan perbaikan merupakan inti dari pekerjaan technical support, memastikan bahwa pengguna atau klien dapat terus mengakses dan menggunakan perangkat teknologi mereka dengan efisien dan tanpa gangguan. Dengan demikian, seorang profesional technical support tidak hanya menjadi penjaga sistem, tetapi juga penyelesaian masalah yang handal untuk memastikan keberlanjutan produktivitas dalam lingkungan kerja yang didukung oleh teknologi.


Bidang desk support


Menganalisis proses helpdesk di perusahaan. Dalam lingkup desk support, peran mencakup analisis menyeluruh terhadap proses helpdesk di perusahaan. Seorang profesional di bidang ini bertanggung jawab untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi layanan dukungan teknis yang diberikan oleh helpdesk perusahaan. Ini mencakup pemahaman mendalam terhadap alur kerja, sistem tiket, dan interaksi dengan pengguna akhir.


Menganalisis proses helpdesk melibatkan identifikasi titik-titik potensial untuk peningkatan layanan, pemantauan kinerja, dan penyusunan strategi untuk meningkatkan respons dan resolusi masalah. Kemampuan untuk memahami dinamika antara pengguna dan helpdesk serta merancang solusi yang dapat meningkatkan kepuasan pengguna menjadi bagian integral dari pekerjaan di bidang desk support.


Seiring dengan itu, seorang profesional desk support tidak hanya berfokus pada penanganan permasalahan teknis, tetapi juga berperan sebagai agen perbaikan dan peningkatan untuk menyelaraskan layanan helpdesk dengan kebutuhan dan harapan pengguna. Dengan pemahaman yang baik tentang proses helpdesk, individu di bidang ini dapat memberikan kontribusi signifikan untuk meningkatkan kualitas layanan teknis yang disediakan oleh perusahaan.


Selanjutnya pada proses dukungan teknis IT seorang teknisi IT harus memiliki kemampuan problem solving yaitu keterampilan untuk menganalisis dan memperbaiki segala jenis masalah. Seorang IT support harus bisa mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya dengan cepat dan tepat. Skills ini dapat membantu Anda dalam menangani masalah pengguna. Baik yang berkaitan dengan perangkat lunak maupun perangkat keras.


Selain itu, harus dapat dipertimbangkan dalam melakukan evaluasi informasi yang diberikan dari pengguna. Dengan begitu, manajemen rumah sakit dapat memecahkan masalah secara akurat. Skills ini bisa meningkat seiring dengan pengalaman yang dimiliki.


Tahapan Pelaksanaan Dukungan Teknis IT


Pelaksanaan dukungan IT pada unit SIRS dilakukan secara insidensial terkait kendala teknis software dan hardware yang terjadi pada pengguna aplikasi di seluruh unit. Pelaksanaan dukungan teknis oleh unit SIRS ini bisa dilakukan dengan cara kunjungan langsung ke lokasi unit yang mengalamai kendala atau melalui petunjuk teknis yang disampaikan melalui dokumentasi petunjuk penggunaan, komunikasi langsung melalui jaringan interkom dan komunikasi melalui kontak support yang telah ditentukan.


Pelayanan dukungan teknis IT yang diberikan meliputi bimbingan penggunaan aplikasi SIMRS, operasional komputer, dukungan teknis penggunaan harware, dan dukungan IT terkait koneksi internet. Lebih jelas mengenai alur pelayanan pada dukungan teknis IT diuraikan sebagai berikut:


1. Pengguna menghubungi teknisi IT, atau mendatangi langsung ruangan kantor IT untuk menyampaikan dukungan teknis yang dibutuhkan.

Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, pengguna memiliki opsi untuk menghubungi teknisi IT melalui berbagai saluran, seperti telepon atau melalui sistem tiket dukungan. Selain itu, mereka juga dapat memilih untuk datang langsung ke ruangan kantor IT guna menyampaikan permintaan atau masalah teknis yang mereka hadapi. Proses ini menciptakan jalur komunikasi langsung antara pengguna dan teknisi, memungkinkan pertukaran informasi yang lebih rinci dan mendalam mengenai sifat masalah yang dihadapi.


Pilihan antara kontak melalui telepon atau kunjungan langsung ke kantor IT mencerminkan upaya untuk memastikan bahwa pengguna memiliki akses yang nyaman dan sesuai dengan preferensi mereka untuk mendapatkan dukungan teknis. Dalam setiap interaksi, teknisi IT dapat menyelidiki, menganalisis, dan merespons masalah teknis dengan solusi yang tepat, memberikan layanan yang responsif dan berorientasi pada kebutuhan pengguna. Dengan demikian, hubungan langsung ini memainkan peran kunci dalam membangun kepercayaan dan memastikan pengalaman positif dalam memperoleh dukungan teknis di lingkungan kerja atau organisasi.


2. Petugas/teknisi IT mecatat dan mengidentifikasi dukungan teknis yang dibutuhkan pengguna SIMRS untuk kemudian memutuskan tahapan-tahapan penyelesaiannya.

Petugas atau teknisi IT dalam sistem manajemen rekam medis (SIMRS) memiliki tugas penting untuk mencatat dan mengidentifikasi dukungan teknis yang diperlukan oleh pengguna. Proses pencatatan ini mencakup pengumpulan informasi mendalam tentang masalah atau kebutuhan yang diungkapkan oleh pengguna SIMRS.


Setelah informasi terkumpul, teknisi IT kemudian berfokus pada mengidentifikasi sifat masalah tersebut, mencoba memahami akar penyebabnya, dan menentukan tahapan-tahapan penyelesaiannya. Langkah-langkah ini melibatkan analisis yang cermat untuk memastikan bahwa solusi yang diusulkan tidak hanya bersifat reaktif terhadap masalah saat ini, tetapi juga bersifat preventif untuk mencegah kemungkinan terjadinya masalah serupa di masa mendatang.


Dengan demikian, proses pencatatan, identifikasi, dan penyelesaian dukungan teknis menjadi siklus yang penting dalam memastikan ketersediaan dan kinerja yang optimal dari sistem manajemen rekam medis. Keberhasilan teknisi IT dalam memutuskan langkah-langkah penyelesaian tidak hanya membantu memulihkan layanan secepat mungkin tetapi juga berkontribusi pada peningkatan keseluruhan pengalaman pengguna SIMRS.


3. Dukungan teknis IT pada implementasi SIMRS yang bersifat kolektif dapat diselesaikan melalui pertemuan bersama di ruang rapat.

Dukungan teknis IT pada implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang bersifat kolektif menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara langsung dan berkolaborasi. Salah satu metode efektif yang dapat diambil adalah melalui pertemuan bersama di ruang rapat. Pertemuan ini menjadi forum yang sangat berguna untuk mengatasi dan menyelesaikan isu-isu teknis serta menyinkronkan upaya kolektif dalam mengimplementasikan SIMRS.


Dalam pertemuan ini, teknisi IT dapat berbagi pemahaman mendalam mengenai aspek teknis SIMRS dan memberikan panduan atau pelatihan kepada semua pihak terlibat. Diskusi bersama dapat mencakup evaluasi kemajuan implementasi, pemecahan masalah bersama, dan penentuan langkah-langkah selanjutnya. Hal ini tidak hanya memastikan bahwa setiap anggota tim memiliki pemahaman yang konsisten mengenai SIMRS, tetapi juga memfasilitasi pertukaran ide dan pengalaman antara anggota tim yang berbeda peran.


Pertemuan bersama di ruang rapat tidak hanya menjadi tempat berbagi pengetahuan tetapi juga menjadi wahana untuk membangun koordinasi tim yang efektif. Dengan demikian, pendekatan ini menciptakan ruang untuk pemecahan masalah kolaboratif dan pengambilan keputusan yang bersifat kolektif, mendukung keberhasilan implementasi SIMRS secara menyeluruh.


4. Dukungan teknis IT dalam implementasi SIMRS yang berhubungan dengan penggunaan hardware oleh petugas rekam medis dapat diselesaikan dengan kunjungan langsung ke lokasi unit yang membutuhkan.

Dukungan teknis IT dalam implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), terutama yang berkaitan dengan penggunaan hardware oleh petugas rekam medis, dapat secara optimal diselesaikan melalui kunjungan langsung ke lokasi unit yang membutuhkan.


Melalui kunjungan langsung, teknisi IT dapat mengamati langsung kondisi perangkat keras, mengidentifikasi potensi masalah, dan memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik unit tersebut. Interaksi langsung ini memungkinkan teknisi untuk berkomunikasi secara efektif dengan petugas rekam medis, mendengarkan secara langsung tantangan atau kebutuhan yang mereka hadapi, serta memberikan solusi yang sesuai dengan lingkungan kerja mereka.


Selain itu, kunjungan langsung menciptakan peluang untuk memberikan pelatihan langsung kepada petugas rekam medis, memastikan bahwa mereka memahami cara menggunakan perangkat keras secara efektif dan memaksimalkan fungsionalitas SIMRS. Hal ini juga dapat meningkatkan tingkat kepercayaan petugas rekam medis terhadap sistem baru dan membantu meminimalkan ketidaknyamanan atau kebingungan terkait perubahan teknologi.


Standar ketenagaan merupakan bagian dari pelaksanaan implementasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelayanan IT pada saat implementasi sistem dilaksanakan. Standar yang ditetapkan dapat berorientasi pada bebagai aspek, termasuk kompetensi karyawan yang menjalankan operasionalnya.


Untuk meningkatkan optimalisasi operasional ketika implementasi ini dijalankan maka perlu diingat bahwa atara pengembangan tekhnologi informasi dengan kebutuhan manajerial perlu berjalan seiring-sejalan. Artinya, kedua aspek ini merupakan ukuran yang paling tepat dalam menilai keberhasilan implementasi (Measures of the success of technology implementation).


Standar ketenagaan meliputi kebutuhan operasional yang berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang akan merancang, mengembangkan dan menggunakan aplikasi secara integritas. Standar ketenagaan ini meliputi bagian pengembangan aplikasi, administrator, pengguna dan mitra yang berhubungan dengan proses manajerial yang berlangsung di Rumah Sakit


Standar Ketenagaan Pengembangan SIMRS

Untuk melakukan pengembangan sistem secara mandiri pada Rumah Sakit berbeda dengan pengembangan tekhnologi secara umum. Diperlukan pemahaman pelayanan kesehatan secara mendasar, sehingga arah perencanaan rancangan tersebut dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan (Relevant to Needs). Perlu dipahami juga bahwa beberapa rumah sakit melakukan pengembangan sistem dengan melibatkan pihak ke tiga yang juga perlu mempertimbangkan kelayakan standar yang digunakan.


Pengembangan sistem tersebut memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 

  1. Pengembangan sistem secara berkelanjutan untuk relevansi perubahan kebijakan.
  2. Kemudahan komunikasi data dengan sistem kesehatan lain.
  3. Keterjaminan keamanan dan kerahasiaan baik secara arsitektur maupun fungsionalitas.
  4. Mempermudah penentuan skala penggunaan sebagai bagian dari efisiensi biaya
  5. Memberikan jaminan perlindungan hukum, pengawasan dan penanganan pelanggaran yang terjadi.

Integritas Ketenagaan IT

Perlu adanya penetapan kebijakan yang tepat untuk melindungi hak-hak dan kewajiban dalam proses pengembangan tekhnologi informasi di bidang kesehatan. Dalam beberapa kasus, pengembangan sistem yang tidak didasari dengan perlindungan terhadap hak-hak tersebut menyebabkan trend komunitas IT tidak bisa berintegrasi dengan badan atau lembaga kesehatan secara menyeluruh.


Jangkauan teknologi terhadap informasi yang dinamis, menyebabkan integritas ketenagaan pengelolaan informasi tidak dapat dinilai hanya dengan standar ketenagaan biasa yang bersifat umum. Kebijakan tersebut hanya bertumpu pada nilai produktifitas, namun tidak memperhatikan batas-batas relevansinya dengan perkembangan yang terjadi.


Pengelolaan SDM modern memandang bahwa ketenagaan IT sebagai asset perusahaan yang menghasilkan asset lain yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu cara pandang standar integritasnya bukan lagi menggunakan instrumen beban manajerial. Solusi tersebut mengarahkan kita pada orientasi pengelolaan yang lebih dinamis, menguntungkan kedua belah pihak, meningkatkan ketahanan terhadap persaingan industri dan relevansi kebutuhan. Kaitannya dengan pengelola layanan kesehatan adalah, bahwa integritas ketenagaan IT memiliki peranan esklusif yang harus dijalankan sebagai asset perusahaan yang bekerja secara menyeluruh.


Penutup

Pengelolaan SDM modern memandang bahwa ketenagaan IT sebagai asset perusahaan yang menghasilkan asset lain. Untuk meningkatkan optimalisasi operasional ketika implementasi ini dijalankan maka perlu diingat bahwa atara pengembangan tekhnologi informasi dengan kebutuhan manajerial perlu berjalan seiring-sejalan. Untuk melakukan pengembangan sistem secara mandiri pada Rumah Sakit berbeda dengan pengembangan tekhnologi secara umum. Jangkauan teknologi terhadap informasi yang dinamis, menyebabkan integritas ketenagaan pengelolaan informasi tidak dapat dinilai hanya dengan standar ketenagaan biasa yang bersifat umum.

Pedoman Pelayanan IT digunakan untuk mempermudah pengguna aplikasi SIMRS dalam konteks operasional Rumah Sakit. Pedoman yang disusun bersifat berkelanjutan sesuai dengan relevansi operasional, manajemen, kebijakan dan kebutuhan informasi pada saat itu. Maka, penyusunan pedoman yang sistematis perlu memiliki standar yang dapat memenuhi berbagai petunjuk penggunaan secara menyeluruh.


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nonor 82 Tahun 2013 dijelaskan bahwa setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Aplikasi penyelenggaraan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) yang dibuat oleh Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) juga difungsikan untuk mendukung pengambilan keputusan bagi pihak manajemen dalam menentukan strategi untuk mencapai tujuan penyelenggaraan rumah sakit baik sekarang maupun di masa depan.


Manajemen rumah sakit membutuhkan pengelolaan data yang cepat dan akurat demi menciptakan pelayanan yang berkualitas. Mengingat, pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima karena kemungkinan kesalahan yang sangat besar. Dukungan teknologi informasi akan mendukung pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi lebih akurat karena kumungkinan kesalahan dapat diminimalisir. Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS tersebut harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi:

  • kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional
  • kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial; dan budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.
  • SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.


SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) pada saat ini kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Ketidak berhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut lebih disebabkan dalam segi perencanan kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor hambatan dan tantangan dalam implementasi sistem informasi manajemen kurang lengkap dan menyeluruh. Hal ini tentunya menjadi penting untuk mengidentifikasi hal yang menjadi penghambat dari suksesnya penerapan SIMRS terutama dibidang infrastruktur, sumber daya manusia, standar prosedur operasional pengawasan dan sistem eksternal yang menjadi penentu berhasilnya penerapan SIMRS. Pihak manajemen Rumah Sakit tidak dapat mengabaikan lagi keberadaan dan penggunaannya. Apalagi, penggunaan SIMRS telah menjadi bagian yang memberi andil ditetapkannya status akreditasi sebuah rumah sakit.


Hambatan yang belum dapat diatasi dan tantangaan belum tercapainya target bisnis rumah sakit saat ini sehingga menjawab apa yang menjadi penghambat dan tantangan dalam implementasi sitem informasi Manajemen dapat menentukan keberhasilan penerapan Good Corporate Governance (GCG) di dalam suatu instansi atau rumah sakit. Oleh sebab itu adanya pedoman pelayanan pada sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) diharapkan dapat mendukung implementasi sistem secara luas ke semua aspek proses dan aktivitas rumah sakit.


Apa Saja Tujuan Disusunnya Pedoman Pelayanan IT Rumah Sakit?

Dokumen pedoman pelayanan IT tidak hanya sebagai dokumentasi dan bukti penerapan aplikasi yang baik. Namun Pedoman tersebut juga berfungsi pada saat berjalannya operasional sebagai acuan pengambilan keputusan. Berikut ini adalah tujuan disusunya pedoman pelayanan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang diutamakan pada proses implementasi sistem kepada pengguna aplikasi.


  • Sebagai informasi dasar bagi manajemen dan petugas rumah sakit yang berkaitan dengan struktur dan infrastruktur sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang diimplementasikan.
  • Sebagai dokumentasi baik dalam pengembangan aplikasi, implementasi dan maintenance sistem yang dipublikasikan dengan tujuan memberikan pemahaman lebih spesifik mengenai sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS).
  • Sebagai pedoman teknis yang menyediakan informasi spesifik mengenai aplikasi serta prosedur penggunaan fitur yang tersedia di sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS).


Apa Saja Ruang Lingkup Pedoman Pelayanan IT Rumah Sakit Itu?


Rung lingkup pada pedoman pelayanan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) meliputi bagian petugas pelayanan, teknis, administrasi dan manajemen direksi.

  • Pelayanan Pendaftaran Pasien
    Proses pencatatan identitas pasien yang disertai dengan informasi dasar kunjungan seperti tanggal pendaftaran, keluhan, tujuan kunjungan, dan informasi kontak.
  • Pelayanan Apotek/Farmasi
    Pelayanan Kefarmasian yang diselenggarakan di Apotek haruslah mampu menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat dan sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
  • Pelayanan Pembayaran (Kasir)
    Kasir adalah salah satu petugas bagian yang mengurus transaksi dan menyimpan pembayaran seperti uang tunai maupun giro. Pelayanan pembayaran adalah kesatuan proses yang meliputi penginputan data pembiayaan, tagihan, nominal uang yang diterima dan dikeluarkan serta bertanggungjawab atas validitas data transaksi.
  • Manajemen Obat
    Manajemen obat adalah sebuah rangkaian kegiatan dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia seperti tenaga serta dana sarana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam berbagai unit kerja. Pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi sangat ditekankan dalam manajemen pengendalian obat
  • Rekam Medis
    Rekam medis adalah tulisan atau suatu gambaran mengenai berbagai aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada seorang pasien. rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
  • Instalasi Radiologi
    Instalasi Radiologi adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan pemeriksaan rontgen dengan hasil pemeriksaan berupa foto/gambar/imaging yang dapat membantu dokter dalam merawat pasien dan menentukan diagnose pasien.
  • Instalasi Laboratorium.
    Instalasi laboratorium adalah instalasi pada rumah sakit yang bertujuan melakukan diagnosa pada pasien melalui pemeriksaan laboratorium melalui petunjuk/perintah dokter.
  • Manajemen Keuangan
    Manajemen keuangan adalah kegiatan perencanaan, pengelolaan, penyimpanan, serta pengendalian dana dan aset yang dimiliki suatu perusahaan. Pengelolaan keuangan harus direncanakan dengan matang agar tidak timbul masalah di kemudian hari.
  • Admisi BPJS
    Admisi BPJS adalah petugas atau unit yang bertugas untuk melakukan koordinasi antara pelayanan pendaftaran pasien dengan berbagai kebutuhan administrasi BPJS.
  • Promosi Kesehatan (Promkes)
    Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.


Landasan Hukum

  1. Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit . 
  2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP) maka tersedianya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit. 
  3. Berdasarkan SK Menkes Rumah Sakit (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi V, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada sehinnga perlu disesuaikan. Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah peraturan ini diundangkan. 
  4. Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1410/MENKES/SK/X/2003 Revisi V, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Agar setiap orang mengetahui Peraturan ini, Pemerintah mengundangkan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. 
  5. Berdasarkan PERMENKES No. 1171 Tahun 2011, Pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, yaitu “Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). 
  6. Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Kesehatan RL (tahunan) dikirimkan mulai Januari 2012 untuk data tahun 2011 dan RL 5 (bulanan) dikirimkan mulai tahun berjalan.

Sumber Pustaka

  1. Adani, Muhammad Robith, ‘Mikrotik Beserta Jenis Dan Fungsinya Secara Lengkap’, Sekawanmedia, 2021 <https://www.sekawanmedia.co.id/blog/mikrotik-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  2. ———, ‘Pentingnya Firewall Dan Penggunaannya Untuk Jaringan Komputer’, Sekawanmedia, 2021 <https://www.sekawanmedia.co.id/blog/firewall-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  3. Benefita, ‘Pengertian, Jenis, Dan Manfaat Hosting’, Niagahoster, 2022 <https://www.niagahoster.co.id/blog/hosting-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  4. Devnani, M, Ak Gupta, and R Nigah, ‘ABC and VED Analysis of the Pharmacy Store of a Tertiary Care Teaching, Research  and Referral Healthcare Institute of India.’, Journal of Young Pharmacists : JYP, 2.2 (2010), 201–5 <https://doi.org/10.4103/0975-1483.63170>
  5. Indonesia, Republik, Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Republik Indonesia, 2009, II
  6. Intern, Dicoding, ‘Apa Itu Server ? Berikut Pengertian, Jenis Dan Fungsinya’, Dicoding, 2020 <https://www.dicoding.com/blog/apa-itu-server/> [accessed 4 November 2022]
  7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ‘Permenkes 55 Tahub 2013 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis’, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 65.879 (2013), 2004–6 <https://peraturan.go.id/common/dokumen/bn/2013/bn1128-2013.pdf>
  8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, ‘Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit’, Peraturan Menteri Kesehatan, 87, 2013, 1–36
  9. Nugraha, Jevi, ‘Mengenal Fungsi Access Point Dan Cara Kerjanya, Perlu Diketahui’, Merdeka, 2021 <https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-fungsi-access-point-dan-cara-kerjanya-perlu-diketahui-kln.html> [accessed 4 November 2022]
  10. Nugroho, Irwan, Bebas Widada, and Kustanto, ‘Perbandingan Performansi Jaringan Virtual Private Network Metode Point To Point Tunneling Protocol ( Pptp ) Dengan Metode Internet Protocol Security’, Jurnal TIKomSiN, 3.2 (2015), 1–9
  11. Permana, Endang Cahya, ‘Pengujian UAT (User Acceptance Test)’, Wordpress.Com, 2017, p. 1 <https://endangcahyapermana.wordpress.com/2017/03/14/pengujian-uat-user-acceptance-test/>
  12. Potter, Turban Rainer, Information Technology (Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2001)
  13. Pressman, Roger, Software Engineering: A Practitioner’s Approach, Fifth Ed. (New York: McGraw-Hill Book Company, 2001)
  14. Safira, Amera P., ‘Hub Dan Switch: Pengertian, Fungsi, & Perbedaannya’, Goldenfast, 2021 <https://www.goldenfast.net/blog/hub-dan-switch-adalah/> [accessed 4 November 2022]
  15. Shabrina, Evania, ‘Manajemen Keamanan Informasi Dan Manajemen Akses’, Evaniashab.Wordpress.Com, 2016 <https://evaniashab.wordpress.com/2016/06/26/bab-18-manajemen-keamanan-informasi-dan-manajemen-akses/> [accessed 5 November 2022]
  16. Sittig, Dean F, and Hardeep Singh, ‘A New Sociotechnical Model for Studying Health Information Technology in Complex  Adaptive Healthcare Systems.’, Quality & Safety in Health Care, 19 Suppl 3.Suppl 3 (2010), i68-74 <https://doi.org/10.1136/qshc.2010.042085>
  17. Suma’mur, Hiegine Perusahaan Dan Keselamatan Kerja (Jakarta: CV Sagung Seto, 2018)
  18. Susanto, Azhar, Sistem Informasi Akutansi (Bandung: Lingga Jaya, 2008)
  19. Syamsuar, Dedy, Universitas Bina Darma, Kota Palembang, and Penulis Korespondensi, ‘Investigasi Hambatan Dan Tantangan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Di Rumah Sakit’, 9.5 (2022) <https://doi.org/10.25126/jtiik.202294954>
  20. Widyawinata, Rena, ‘Modem: Apa Itu, Fungsi, Jenis, Hingga Bedanya Dengan Router’, Glints.Com, 2022 <https://glints.com/id/lowongan/modem-adalah/#.Y2UcYuRBwdV> [accessed 4 November 2022]